[Pada ketidakmungkinan]
Aku mecintaimu bagai batu mengalir di hilir
arus menghanyutkan; tak gentar perjuangan
lantunan syair dari ikan kecil temani kesepian
dahan pohon yang gugur disepanjang aliran
Aku mencintaimu bagai teduhnya hutan
seperti rekah jamur pada kelembapan
pepohonan rindang seperti tumpuan kehidupan
atau sang raja hutan mati akibat disembah rakyatnya
Aku mencintaimu bagai luas daratan
aspal nan bersaing ketinggian pada pertokoan
udara bersitegang akibat jadi rebutan hirupan
kaum pinggiran mati tak bisa menghidupi mimpi
Isi kepala seketika meledak sebuah tanya
segala ketidakmungkinan penuhi kehidupan
dianggap mati berani! anak tiri disudahi
apa perbedaan justru dianggap kebutuhan?
Entah sampai kapan keajaiban!?
Subur dibiar gugur melebur
sebaliknya, mati junjung sampai nanti.
O maha Penghidupan,
apa jalan dan kehendak-Mu selanjutnya?
Lalu cinta terlanjur kandas usia
apa lebur lagi si nestapa dengan derita?
pertanyaan akan sama untukmu, Nona.
— mesinketik
📷: Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar