[Pelukan]
Rindu telah lembur
pada setiap kantung mata—ditabungnya bulir hujan
seberapa pekat malam hampir sama warnanya
kecoklatan seakan berbicara tentang sebuah cerita
Sebuah mimpi terus diputar dalam tidur
meski film-film kesukaanmu
tak pernah terdapat dalam mimpi yang abstrak itu
semisal kau dan aku jadi pemeran utamanya
Sedangkan lagumu pentar di kejauhan
sebab sepi telah bertamu di rumah
keriuhan pulang dalam diam kebisuan
dan tubuhmu mendingin kebiru-biruan
Lamunan panjang yang berlayar
melipat jarak menarik musim bergantian
mencari-cari tempat untuk menepi
barangkali dalam kesenyapan ada ketenangan
Kala kau beralih dan melirih
tak ada sebuah alasan untuk tetap tinggal
kecuali desau angin-angin yang meniru suaramu
memeras risauku akan sebuah pelukan lamamu
Tak ada yang tau
doa pun segan memelukmu
apalagi nyataku
dalam benak—sebuah kepergian
Jakarta Di Ujung Pena
— Rizky Adriansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar