Desember diam-diam merutuk kepala
lewat suara tembakan dekat pematang
sedang lelaki itu masih diam saja
matanya masih mengincar suara-suara
berlompatan dari balik tebu dan ilalang
maaf, maaf, maaf, dengarnya
ia hanya tersenyum dingin dan tertawa
seraya menatap angka dua puluh tujuh
bertengger di nyala korek api miliknya
kepuasan baginya adalah ketika nyala api
turut menyanyikan rekuiem bersama angin
dan seseorang terperangkap dalam kornya
lalu dengan senang hati ia menamparnya
dan berteriak keras-keras pada jasadnya,
sudahkah kaulupa?
ia lakukan pekerjaan ini lagi dan lagi
sampai abu jasadnya tiada
satu pekerjaan paling gila:
membunuh ingatan.
— Nozdormu, Perihal Melupakan.
#Nozdorevelation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar