Rabu, 23 Oktober 2019

[Singkat Sedekat Sekat]

Secarik rindu teruntuk tuan nan jauh di sana.
Saya sangat sadar, tuan tidak mungkin membacanya karena keterlambatan atas pengakuan saya.
Tapi tolong izinkan saya mengenang tuan untuk terakhir kalinya melalui tulisan ini.

Berawal ketika langit malam sedang cerah, handphone di genggaman tangan berdering satu kali, menandakan satu pesan telah masuk. Entah darimana datangnya, tiba-tiba muncul perasaan tidak nyaman menyelimuti hati. Berulang kali saya membaca pesan tersebut dengan seksama. Tanpa berpikir lagi saya langsung bergegas untuk memastikan kebenaran isi pesan tersebut.

Sesampainya saya di tempat yang tertera pada pesan tersebut, langkah kaki ini berlari kecil. Beberapa pasang mata tertuju pada saya. Namun saya hiraukan. Kaki ini berhenti untuk melihat sekeliling dan mulai mencari anda.

Oh syukurlah akhirnya saya bisa menemukan anda. Hampir saja saya berputus asa mencari. Dengan mantap saya melangkah meski sedikit bergetar. Anda tahu kan perasaan senang bercampur haru selalu hadir ketika seseorang bertemu dengan sang pujaan hatinya. Sungguh ini adalah kejutan yang sangat luar biasa!

Saya tersenyum dihadapan anda
meski tiba-tiba bulir di pelipis mata berjatuhan tanpa disengaja. Mungkin ini euforia hati. Senangnya bisa melihat anda sedekat ini untuk pertama kalinya, pun--saya benci melihat anda sedekat ini untuk terakhir kalinya pula.

Menyakitkan memang, menghayati takdir yang begitu singkat mempertemukan kita. Tetapi saya bersyukur, telah mengenal anda yang begitu luar biasa bagi saya. Dan pagi itu saya masih diberi waktu untuk bisa melihat senyum anda yang terakhir kalinya, sebelum tangis ini pecah menyadari sekat ini datang.

Entah saya harus bagaimana. Yang saya tahu;
Kini, sepasang mata indah (dari seorang lelaki sederhana) yang selalu menggetarkan hati saya telah tertutup rapat—selamanya.
Tuan, saya menyayangi anda, tapi Tuhan lebih menyayangi anda.
Berpulanglah.

— beruangbetina
#dandelion

Tidak ada komentar:

Posting Komentar