Selasa, 22 Oktober 2019

[Perihal Aruna, 10]

Aku tidak kembali, Aruna. Walau
kemarin kita bersua dan aku kembali
menatap mata yang dua purnama
sudah hampir hilang di jemala, aku
tidak kembali padamu.

Walau sempat riuh hati dan damai
jemari kerap kali membisik kata pulang,
dan seakan baskara bersolek lebih
indah dari biasanya, Aruna, aku tidak
kembali. Tidak sekarang. Tidak esok,
apa lagi lusa. Tidak tahu kapan.

Aku tidak kembali, Aruna. Sebab aku
menemukan aman dalam satu. Dan
jika aku kembali—satu menjadi dua;
aku kembali padamu dengan satu mata.
Aruna, rumahku memang masih padamu. Ranjangku masih
dekapmu. Lemariku masih kulitmu. Dan duniaku masih padamu. Tapi, tapi, tapi, tapi, lelah sudah aku bergelut
sendiri pada malam hari. Merindu
dan merapal doa sendu dengan harap
dikabulkan oleh yang Maha segala
pada malam itu juga. Aku egois, Aruna.

Aruna, aku memang tidak kembali padamu. Namun dalamku tidak akan
berpaling darimu.
Aruna, ada yang harus aku kerjakan
dengan syarat tidak mendengar kata
hati yang berteriak inginkan pulang.
Aruna, ini selamat tinggalku yang akan
kau sambung dengan selamat datangmu.

Semoga mengerti. Semoga bisa. Selamat tinggal.



   — Luar Bumi.
      #darkesthour
      #tertandanama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar