Rabu, 23 Oktober 2019

[Radiohead dan Woody Allen]

Aku ingin menyapamu melalui sebuah aksara,

berharap netramu sudi tuk singgah pada tiap-tiap abjad yang telah aku rangkum.

Aku marah dengan kenyataan; engkau istimewa, liar, dan sulit dikendalikan--dan aku suka.

Kau mengetahui banyak hal magis; kau bahkan mampu mendengar gelak kesunyian dan

keterasingan yang tak bisa diterka oleh gendang telingaku.

Pada kesunyian, kau mampu meraba barisan puisi pada sebilah ilusi.

Keterasingan; kau temukan rumahmu dan menutup diri tuk mendengar alunan yang

memabukkan lebih dari anggur--hanya saja, kau tak mau berbagi denganku.

Netramu berjalan seperti kamera statis pada sebuah balada sinema--memperlihatkan hal-hal detil yang luput dari penglihatanku; meleburkan manis pahitnya serangkaian peristiwa.

Kau adalah seni.

Manuskrip ini mungkin terdengar skeptis dan sedikit sarkastik--jelas kau tidak akan menyukainya.

Aksara ini tercipta dari sebuah pemikiran realis; dengan humor kering yang kerap kali menertawakan diri sendiri karena tak mampu membuatmu melirik meski barang sedetik.

Deretan aksara pada tulisan ini mungkin saja terdengar sumbang bagimu, karena kau tak pernah menyukai obsesi tabu.

Kau akan mencari cara untuk melenyapkanku.

Dan tulisan ini... Akan tetap di sini, menunggu hingga suatu hari nanti netramu sudi untuk menyentuhnya.

Lalu, nuranimu perlahan menyadari bahwa kesempurnaan ialah sebuah kemustahilan absolut.

Kata mereka 'lebih baik terlambat'. Namun, aku berpacu dengan waktu--tulisan ini abadi, sedang aku adalah kenyataan fana.

-- Mega
#BlueVincent

Tidak ada komentar:

Posting Komentar