Selasa, 22 Oktober 2019

Suatu sore pada minggu di waktu yang lalu seseorang mengajakku ke pasar malam
Dia juga tidak lupa membelikan harum manis berwarna biru

Kenangan termanis yang aku punya
Menikmati langit keunguan sembari melayang bersama komidi putar

Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya aku bingung, bingung sekali.

Kenapa kamu mengajakku naik ya?
Kalau harum manis yang semanis hangat dan sayangmu itu? Maksudnya apa?

Aku kira kamu tulus sungguhan
Tapi...

Selama komidi putarnya bergerak, seraya mengenyahkan harum manis ke dalam tutur kata kita
Ceritamu berpusat pada satu tokoh saja
Kamu terus berbicara tentang bianglala

Kamu memuji eloknya, kamu merasakan keajaiban saat melihatnya
Kamu bilang, bianglala yang hanya bisa kamu pandang itu selalu memberi rasa nyaman untukmu

Awalnya kukira, bianglala memang istimewa untuk semua orang
Bianglala memang seadiwarna yang kukenal

Tapi, bianglala menjadi titik tenggelammu akan masa kini

Aku tidak lelah mendengarkan kok, tapi aku bingung, apakah kamu sadar?
Kalau aku sejak lama sudah ada disampingmu, dan ceritamu hanya tentang bianglala yang ada di depan mata kita, yang jauh dari gapaian kita.

Lalu bianglalanya pergi seraya kegelapan datang.
Harum manis yang semanis hangat dan sayangmu pun habis.

Tapi kamu tidak mau turun
Kamu mau aku saja yang turun
Dan aku turuti apa yang nyamanmu mau

Sore hari pada minggu selanjutnya, kamu mendatangiku
Kamu bilang bianglala indah itu digantikan awan kelabu
Kamu diselimuti bimbang, dan kamu terlintas untuk mengajakku pergi

Tujuanmu tak jauh-jauh dari komidi putar dengan dua buah harum manis biru

Kali ini rasanya semesta sedang melekat dalam sukmaku
Awan kelabu semakin marak dengan petir yang menyambar

Aku beritahu rahasianya, ributnya langit hari itu selaras dengan hancur remuknya sejagat hatiku

Iya, aku lelah menjadi teman ceritamu tentang bianglala
Iya, aku tahu kamu juga bingung kenapa bianglala selalu jadi pusat pikiran otakmu
Jiwa kita tidak berada di satu tempat yang sama

Kita sama-sama lelah, ya?

Hujan turun seraya alasan perpisahan kita jelas merambah menuju kenyataan

Aku beritahu rahasianya, derasnya rintihan hujan selaras dengan rasa sedih bercampur kecewaku

Kamu menyuruhku berjanji untuk tidak mendatangi pasar malam, komidi putar, bianglala di indahnya langit ungu, atau apapun tentangmu
Katamu itu yang terbaik untukku

Tapi,
Aku tidak bisa janji.

Maaf ya, aku sudah telanjur mencintai harum manis biru semanis hangat dan sayangmu
Aku sudah telanjur mencintai komidi putar dan semua tutur katamu, ceritamu, tentangmu.

Nanti,
Aku pasti sewaktu-waktu berkunjung ke pasar malam, menaiki komidi putar dengan harum manis biru di genggaman
Melihatmu yang tenggelam dalam pencarianmu pada bianglala di langit ungu istimewa itu
Dan, bahagia pasti menyertaiku.

Aku cuma bisa janji kalau aku pasti bahagia dengan segala alasan bahagiamu.

— deep-laid
#SejawatMahitala
21:20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar